Jumat, 29 Maret 2013

HUBUNGAN KURIKULUM, GURU, DAN PENGAJARAN



A.    Pengertian Kurikulum, Guru, dan Pengajaran
·         Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran.
·         Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, penndidikan dasar, dan Pendidikan menengah.
·         Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang satu dengan lainnya saling mempengaruhi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

B.     Hubungan Kurikulum, Guru, dan Pengajaran
Dalam setiap program pendidikan pasti mempunyai kurikulum, yang mana kurikulum tersebut biasanya tertuang dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), yang berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kurikulum dalam suatu sekolah. Jadi guru dalam pelaksanaan kurikulum ini sangat berperan dalam mentrasformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam buku kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dengan proses belajar mengajar.
Maka dari itu, berhasil tidaknya kurikulum banyak tergantung atas peranan guru yang dapat dilakukan dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
1.      Guru sebagai perencana pengajaran, ia harus membuat perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan mengajar.
2.      Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
3.      Guru sebagai evaluator, artinya ia melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah anak telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan. (Burhan Nurgiyantoro, 1988 : 57)
Dalam melaksanakan peranan-peranan di atas, guru dituntut untuk mampu mengembangkan sikap profesional guru, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan. Guru profesional, dalam hubungan ini, adalah guru yang memiliki keahlian sebagai guru, artinya guru itu harus mempunyai kompetensi atau kemauan dasar sebagai syarat untuk memangku profesi tersebut.
Kompetensi guru, seperti dikemukakan oleh Glasser, ada empat hal, yakni:
a.       Menguasai bahan pelajaran
b.      Kemampuan mendiagnosis kelakuan siswa
c.       Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
d.      Kemampuan mengukur hasil belajar siswa (Nurhaida Amir dan Rudito, 1981: 1)
Jadi, guru dalam mengemban tugas sebagai seorang pengajar, minimal harus mampu:
Pertama, menguasai silabus atau GBPP serta petunjuk pelaksanaannya. Dimaksudkan dengan hal ini ialah seorang guru harus mampu memahami aspek-aspek berikut ini:
a.       Tujuan yang ingin/hendak dicapai
b.      Isi/materi bahan pelajaran dari setiap pokok bahasan/topik
c.       Alokasi waktu untuk setiap topik perkuliahan/bahan pelajaran
d.      Alat dan sumber belajar yang akan digunakan
Kedua, terampil menyusun program pengajaran/perkuliahan. Dalam hal ini dimaksudkan pengajar harus trampil dalam mengemas dan menyusun serta merumuskan bahan pelajaran. Mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sampai pada teknik evaluasi yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar siswa.
Ketiga, terampil melaksanakan proses belajar mengajar. Artinya terampil dalam mengimplementasikan kurikulum, yaitu mengaktualisasikan standar pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas kepada peserta didik. Termasuk dalam kawasan ini terampil dalam menerapkan berbagai metode, strategi, pendekatan, kiat, seni mengajar, memilih dan menetapkan sumber belajar yang tepat, menggunakan media pengajaran dan sebagainya.
Keempat, terampil dalam menilai hasil belajar siswa, yaitu mengevaluasi sejauh mana apa yang telah disampaikan kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar yang disebutkan terdahulu telah dapat dikuasai oleh siswa/peserta didik. Atau dengan kata lain trampil menilai sejauh mana materi/bahan pelajaran yang telah diberikan sudah menjadi milik siswa.
Kurikulum, guru, dan pengajaran saling berhubungan satu sama lain. Kurikulum tentunya merupakan awal atau rancangan bagaimana pendidikan nantinya akan dijalankan. Kesesuaian kurikulum dalam instansi pendidikan akan mempermudah seorang guru dalam menentukan model dan metode mengajarnya serta mempermudah dalam menyiapkan dan menyampaikan materi pembelajaran nantinya. Dengan adanya kesesuaian kurikulum, model dan metode mengajar yang disesuaikan oleh guru diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat. Hal ini mungkin terjadi karena sejak dari awal telah ditetapkan bagaimana rancangan pendidikan nantinya dijalankan dengan perencanaan kurikulum yang baik dan relevan.
Melaksanakan kurikulum merupakan kegiatan inti dari proses perencanaan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru mampu mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar (Depdikbud dalam Rusman, 69). Di Indonesia, kurikulum disusun dan berlaku secara Nasional untuk semua sekolah pada jenjang yang sama. Ini dimaksudkan untuk mewujudkan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia. Setiap kurikulum selalu berisikan sesuatu yang dicita-citakan dalam bidang pendidikan artinya hasil belajar yang diinginkan agar dimiliki oleh anak didik.  Untuk mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam kurikulum, para gurulah yang memegang peranan sentral dalam pelaksanaan kurikulum tersebut.
Selain itu, kurikulum dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat karena kurikulum itu sendiri merupakan mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dalam melaksanakan hal tersebut tentu tidak lepas dari unsur-unsur seperti manusiawi (guru), material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang semua itu disebut dengan pembelajaran. Maka kurikulum, guru, dan pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri karena saling berhubungan erat dan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi, kurikulum, guru, dan pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam pendidikan.

·         Sumber:
Mihwanuddin. 2011. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum, (Online), (http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/17/peran-guru-dalam-pengembangan-kurikulum/), diakses 14 Februari 2013.
Nova, Silviani N. 2010. Hubungan antara Kurikulum dan Pembelajaran, (Online), (http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/hubungan-antara-kurikulum-dan-pembelajaran-271890.html), diakses 14 Februari 2013.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Setiawan. Tanpa Tahun. Jelaskan hubungan kurikulum dengan guru dan kualitas pendidikan?, (Online), (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20121103050418AATAWTL), diakse 14 Februari 2013.

Selasa, 19 Maret 2013

Tanggapan untuk kelompok 3


1.      Saperiah
Kelompok tiga telah memaparkan jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis. Yang saya tanyakan adalah pada poin c, yakni motif objektif. Di sana dijelaskan bahwa motif objektif itu menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Mohon beri penjelasannya lagi dan berikan contohnya.
Terima kasih.
Tanggapan kelompok 6:
Motif objektif eksplorasi adalah motif yang didapat atau dimiliki atas dasar untuk mendalami (mengeksplorasi) objek secara keseluruhan. Contohnya berhubungan dengan musik maka seseorang itu harus mempelajari seluk-beluk mengenai musik atau hal-hal yang berhubungan dengan musik.

Motif objektif melakukan manipulasi artinya meniru gaya orang lain. Contohnya seseorang yang mengagumi seorang artis maka dia akan meniru segala hal yang berhubungan dengan artis tersebut. Seperti pakaiannya, model rambut, gaya bicaranya dan sebagainya.

Motif objektif untuk menaruh minat yaitu motif yang timbul dari diri sendiri untuk mempelajari suatu hal yang diinginkan. Contohnya jika seseorang berminat atau menyukai bidang olah raga maka ia akan belajar dan berlatih dalam bidang tersebut.

2.      Nurul Hidayah
NIM A1B110224

Kelompok 3 telah menjelaskan tentang motivasi dan aktivitas belajar. Saya ingin bertanya, apa hubungan motivasi dan aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar?
Apakah hubungan tersebut terjadi secara timbal balik?
Terima kasih

Tanggapan kelompok 6
Dalam aktivitas belajar diperlukan adanya motivasi belajar karena hal itu juga akan mempengaruhi hasil belajar. Hubungan motivasi dan aktivitas belajar terjadi secara timbal balik.


3.      SISWANTO ADI SAPUTRO
NIM A1B110233

Dari penjalasann kelompok 3 yang membahas mengenai motivasi dan aktivitas dalam belajar disitu kelompok menjelaskan bahwa Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
jadi pertanyaan saya adalah seandainya kalian menjadi seorang pengajar suatu saat nanti, motivasi seperti apa yang akan kalian berikan kepada siswa sehingga dapat mendorong siswa tersebut menjadi siswa yang bisa dikatakan sebagai siswa yang bisa belajar dengan baik ketika dalam proses pembelajaran.

Tanggapan kelompok 6
Memberikan cerminan yang baik kepada siswa agar siswa tersebut termotivasi untuk terus belajar, serta mendukung minat siswa sesuai bidang yang disukai siswa.

4.      Nama : Abdul Hamid
NIM : A1B110201
Perilaku manusia terpengaruh oleh 3 (tiga) komponen yaitu:
a) Komponen afektif adalah aspek emosional. Komponen ini terdiri dari motif sosial, sikap, dan emosi.
b) Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan.
c) Komponen konatif adalah terkait dengan kemampuan dan kebiasaan bertindak.
Kepada kelompok 3 coba berikan penjelasan secara sederhana serta berikan contonya mengenai tiga komponen perilaku manusia terpengaruh ?

Tanggapan kelompok 6
a.       Komponen afektif menyangkut aspek emosional seseorang.
Contoh:  sedih ketika melihat orang berduka, senang ketika melihat orang bahagia.
b.      Komponen kognitif menyangkut cara berfikir seseorang sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Contoh: ketika ujian berlangsung siswa di dalam kelas menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan mereka.
c.       Komponen konotatif menyangkut kemampuan dalam bertindak di dalam kelas.
Contoh: siswa yang aktif dalam diskusi menyampaikan pendapat, tanggapan maupun pertanyaan.
5.      Okta Maria Ulva
AlBll0216
(Kelompok 4)

Di sini kelompok menjelaskan mengenai motivasi dan aktivitas dalam belajar. Yang saya tanyakan, bagaimana cara memberikan motivasi xg sesuai dengan aktivitas?
Terimakasih.
Tanggapan kelompok 6
Motivasi yang diberikan bisa dengan cara memberi penghargaan berupa pujian, hadiah jika aktivitas yang dilakukannya sudah sesuai dengan pembelajaran. Namun jika aktivitas pembelajaran yang dilakukannya tidak tepat maka motivasi yang diberikan dapat berupa teguran, bahkan hukuman.

6.      Raudatul Janah
NIM A1B110255

Kelompok menjelaskan motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Saya ingin bertanya tentang penjelasan mengenai insting tersebut dan berikan contohnya! Terima kasih.


Tanggapan kelompok 6
Insting adalah pola tingkah laku bawaan sejak lahir yang bersifat turun-temurun.
Contohnya dalam pembelajaran, seorang anak memiliki prestasi pada suatu bidang seni tari. Prestasi tersebut diturunkan melalui bakat yang dimiliki ibunya.


7.      Nama : Harmah
NIM : A1B110211

Dari macam-macam motivasi menurut kalian motivasi ekstrinsik itu apakah bisa mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif? lalu dalam kegiatan belajar mengajar motivasi ekstrinsik itu seberapa pentingnya untuk siswa?

Tanggapan kelompok 6
Menurut kami motivasi ekstrinsik dapat mempengaruhi siswa dalam kegiatan belajar megajar agar lebih efektif  misalnya karena dorongan dan dukungan dari orang tuanya membuat siswa tersebut merasa termotivasi dan harus belajar dengan giat agar dapat membanggakan kedua orang tuanya. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi juga berperan penting bagi siswa karena hal itu dapat mempengaruhi proses belajar dan evaluasi belajarnya.

8.      Nama: Laili Hidayati
NIM : A1B110202
Seperti yan
g kita ketahui, peserta didik akan senang dengan kegiatan yang memberikan mereka peluang untuk berprestasi, dari sekian banyak motivasi yang dipaparkan oleh kelompok 3, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana cara kita sebagai calon pendidik untuk memberikan motivasi antara pembelajaran yang ada dikelas dengan prestasi yang mereka peroleh dari luar kelas agar keduanya bisa seimbang, "jika kasusnya saat itu, peserta didik lebih dominan mementingkan prestasi diluar yang tidak ada kaitannya dengan interaksi belajar mengajar di sekolah". 
Tanggapan kelompok 6
Jika hal itu terjadi maka guru harus memiliki strategi dalam memotivasi siswanya. Guru memberikan pengarahan terhadap siswa mengenai pentingnya pelajaran yang ada di kelas selain itu guru harus membuat model pembelajaran yang menarik sehingga siswa itu termotivasi.

9.      Nama: Norlaila
Nim: A1B110242

Mengenai motivasi, menurut kelompok kalian bagaimana agar diri kita selalu termotivasi terutama dalam pembelajaran?
terima kasih
Tanggapan kelompok 6
Menurut kelompok kami cara memotivasi diri untuk belajar adalah dengan cara mengingatkan diri kita bahwa diri kita adalah calon guru yang nantinya akan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap siswa.

10.  NAMA : AHMAD JAMALUDIN
NIM : A1B110204
assalamualaikum. wr.wb
saya sangat salut dan memberi jempol buat kelompok maupun yang bertanya serta yang menanggapi karena sudah memberi ilmu pengetahuan khususnya tentang Motivasi dan Aktivitas Pembelajaran, namun disini saya ingin bertanya kepada teman-teman semua, mulai dari kelompok 3 ataupun teman- teman yang lainnya.
Apakah seorang yang mempunyai kekurangan ( penyandang autis) masih mempunyai motivasi yang kuat dalam proses belajar sedangkan dilingkungannya mereka selalu mendapatkan ejekan dari teman-teman sebaya maupun di masyarakatnya? lalu motivasi apakah yang cocok untuk seorang penyandang autis tersebut? Terimakasih

Tanggapan kelompok 6

Menurut kami motivasi yang cocok dan efektif  yang digunakan untuk anak autis adalah motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar (lingkungan) seperti  peranan orang tua dalam membimbing anaknya yang autis serta peranan guru dalam memberikan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.

11.  Nama : Hayatul Mursyida
Nim: A1B110212

Baiklah, berhubung di blog ini sangat ramai maka saya pun tidak mau ketinggalan untuk ikut serta meramaikannya…hahaha

Saya ingin bertanya kepada kelompok ini, apakah motif-mortif bawaan itu juga termasuk motivasi primer?
Lalu satu lagi yang ingin saya tanyakan adalah misalnya ada seorang pemuda yang sangat membutuhkan uang, kemudian dia termotivasi untuk mencuri. Nah hal tersebut termasuk motifasi apa?

Tanggapan kelompok 6
Menurut kami motif-motif bawaan yaitu berupa insting.  Jadi, motif-motif bawaan termasuk motivasi primer.
Seorang pemuda yang sangat membutuhkan uang, kemudian dia termotivasi untuk mencuri termasuk motivasi ekstrinsik karena hal tersebut terjadi karena faktor ekonomi yang merupakan faktor dari luar (lingkungan yang memotivasinya untuk bertindak).



Senin, 11 Maret 2013

Tanggapan untuk Kelompok 2

Sri Maya A1B110208
Disini kalian memaparkan tentang rumusan mengenai TUP dan TIU oleh beberapa ahli. menurut pendapat kalian bagaimanakah rumusan tersebut dalam konteks pendiikan sekarang dan berikan contohnya...



   Jawaban kelompok 2 (Tujuan Pendidikan dan Pengajaran sebagai Dasar Motivasi)

 Menurut pendapat kami rumusan tersebut dalam konteks pendidikan saat ini ialah yang berupa silabus. Karena TUP/TIU dimaksudkan adalah SK-KD yang terdapat pada Silabus atau RPP (Alat perangkat pembelajaran). Sedangkan TKP/TIK ialah indikator yang kita sebut sekarang ini.
contoh:
SK : membaca
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek
KD : a. Menemukan unsur-unsur intrinsik pada kumpulan cerita pendek
indikator
Siswa diharapkan dapat: a. memahami unsur intrinsik dalam cerpen
b. mengidentifikasi unsur-unsur beberapa cerpen dalam satu kumpulan cerpen


 Tanggapan kelompok 6 (Hubungan Kurikulum Guru dan Pengajaran)
 Kami setuju dengan jawaban yang dipaparkan oleh kelompok dua mengenai Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).  Bahwa kedua rumusan tersebut saling berhubungan dan saling melengkapi   satu sama lain dalam konteks pendidikan saat ini.


Nordin
A1B110207


Menurut paparan diatas, setiap cabang pendidikan dan pengajaran memiliki pedoman umum untuk menentukan tujuan dan hasil akhir. Pedoman itu akan cenderung bersifat filosofis dan politis. Karena tujuan itu ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang.

Tolong jelaskan maksud dari menentukan suatu tujuan dan hasil akhir menggunakan pedoman pendidikan yang cenderung bersifat filosofis dan politis.


KUSNIATI ANDRIANI (NIM A1B110215)


Jelaskan Tujuan akhir sebagai dasar filosofis? apa yang dimaksud pernyataan dalam materi "Pedoman itu akan cendrung bersifat filosofis dan politis" jelaskan?


karena pertanyaan saya sama dengan nordin ada satu pertanyaan lagi buat kelompok Tujuan Intermedier sebagai motivasi oprasional? saya masih kurang memahami paparan materi diatas jelaskan maksud tujuan tersebut!

Jawaban Kelompok 2
Karena pertanyaan Nordin dan Kusniati andriani sama, maka kami menjelaskan tidak satu persatu. 

Tujuan akhir sebagai dasar filosofis itu adalah merupakan tujuan itu sendiri yang ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang pendidikan. Indonesia sendiri telah menerapkan dasar, tujuan dan sistem pendidikan nasional secara umum, yakni Pendidikan Nasional Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan tinggi, lembaga pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah, pendidikan angkatan bersenjata, kejuruan dan sebagainya. Maksud dari semua itu adalah untuk memberikan gambaran secara umum tentang kualitas manusia yang dicita-citakan, sebagai hasil pengalaman edukatifnya pada lembaga-lembaga tersebut. 



Tujuan intermidier itu sendiri merupakan tujuan dari sebuah pedoman, Pedoman atau tujuan yang untuk mencapai terbentuknya manusia-manusia yang mampu menemukan jati dirinya. Pedoman itu berupa kurikulum yang kemudian dibuat berbagai pedoman khusus, contohnya Silabus, dan RPP.


Tanggapan Kelompok 6
Kami sependapat dengan jawaban kelompok dua mengenai tujuan akhir yang bersifat filosofis dan politis serta mengenai tujuan intermedier sebagai pedoman dalam penerapan pendidikan nasional kita berupa kurikulum.


Eka Cahya Nenggar (NIM : A1B110228)

Anda sudah menjelaskan tujuan akhir sebagai dasar filosofis...Bagaimana dengan tujuan akhir bersifat politis?

Jawaban dari kelompok 2
Menurut kami Tujuan akhir yang bersifat politis itu tujuan yang berhubungan dengan Lembaga Pendidikan tentang pembuatan Undang-undang Pendidikan Nasional.

Tanggapan dari kelompok 6
Menambahkan jawaban dari kelompok dua bahwa tujuan akhir yang bersifat akhir itu juga ditetapkan sebagai peraturan atau undang-undang. Indonesia sendiri telah menerapkan dasar, tujuan dan sistem pendidikan nasional secara umum, yakni Pendidikan Nasional Pancasila. Misalnya lembaga pendidikan tinggi dan UU Pendidikan dan Pengajaran RI Sekretariat No. 4/1950 kemudian menjadi UU Pendidikan dan Pengajaran RI No.12/1954, pada Bab II pasal 3 yang menyebutkan tentang tujuan Pendidikan dan Pengajaran.

Nama : Abdul Hamid (NIM A1B110201)
Guru sebagai Pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan siswa sebagai anak didiknya di atas kepentingan yang lain. Guru harus dapat mengembangkan motivasi dari setiap kegiatan interaksi dengan siswanya.sekaligus dalam rangka menerjemahkan siapa guru secara profesional.
Pertanyaan Saya
Apabila seorang guru sudah memberikan pengajaran atau pengarahan yang baik kepada anak didiknya namun ada beberapa anak didiknya yang tidak memahami dan selalu membuat keonaran, pada akhirnya guru tersebut berhenti mengajar di kelas peserta didik tersebut. Apakah ini termasuk guru yang propesional? 

Tanggapan Nordin
Menarik nih pertanyaan Hamid Sebamban, umpat menanggapi lah..

Apabila seorang guru sudah memberikan pengajaran atau pengarahan yang baik kepada anak didiknya namun ada beberapa anak didiknya yang tidak memahami dan selalu membuat keonaran, mungkin yang bisa dilakukan adalah mengintropeksi guru itu sendiri sebagai pengajar apakah sudah maksimal dalam proses belajar mengajar, untuk peserta didik yang 'nakal' bisa di mediasi ke guru BK, karena menurut saya setiap peserta didik yang yang 'nakal' butuh perhatian khusus, dan mereka itu kreatif, cuma wadah untuk menyalurkan bakatnya yang mungkin kurang sesuai. Tugas pengajar lah yang memberikan pendidikan yang dibutuhkan oleh masing-masing individu peserta didik.

Jawaban kelompok 2

Saudara Hamid
Menurut kami, Seorang Guru yang profesional tidak membatasi interaksi dikelas saja, melainkan diluar kelas guru juga sebagai pendidik. Guru profesional itu mempunyai ciri-ciri salah satunya harus mempunyai kompetensi sosial, yaitu Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat.Siswa yang kurang memahami pelajaran dan membuat onar atau gaduh sebenarnya ia ingin mencari perhatian guru yang lebih, dan si Siswa ingin berkomunikasi atau mencari perhatian khusus pada guru tersebut tentang masalah dirinya, .

Terima kasih, pada Nordin, yang lebih dulu menjawab atas pertanyaan Hamid
Jawaban kelompok 6

Jika guru tersebut langsung meninggalkan kelas dan mengabaikan siswanya maka hal itu bisa dikatakan tidak profesional tetapi jika guru tersebut memberikan tugas kemudian keluar kelas dengan harapan siswa sadar akan kesalahannya,  guru tersebut juga instropeksi diri di luar kelas mengenai metode/ teknik pengajarannya.


Guru sebagai Pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan siswa sebagai anak didiknya di atas kepentingan yang lain. Guru harus dapat mengembangkan motivasi dari setiap kegiatan interaksi dengan siswanya. Hal ini sekaligus dalam rangka menerjemahkan siapa guru secara profesional. Dengan ini guru perlu menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk membawa anak didik kepada tingkat keberhasilannya.
Nah yang saya tanyakan bagaimana seorang guru mengatasi seorang anak didik, kalau seoerang anak didik tidak bisa memahami sama sekali disaat guru mengajar, bagaimana cara mengatasinya ?

Tanggapan dari Kusniati Andriani
KUSNIATI ANDRIANI
NIM A1B110215

menanggapi pertanyaan Muhammad faturahman jika anak didik tidak bisa memahami apa yang diajarkan oleh gurunya banyak hal yang harus diperhatikan oleh guru. Guru perlu mengadakan evaluasi terhadap anak didik apa yang menyebabkan anak didik tidak paham, bisa dari model pengajaran yang kurang efektif atau ada masalah personal dari anak didik itu sendiri. seorang guru harus peka terhadap anak didik model pembelajaran apa yang disenangi murid sehingga meraka merasa senang dan mudah memahami pelajaran. jika, ada masalah personal terhadap anak didik guru bisa pendekatan terhadap anak didik hal apa yang menyebabkan anak didik susah untuk memahami pelajaran.

Jawaban Kelompok 2

Terima kasih pada Kusniati telah menanggapi pertanyaan M. Faturahman.
Kami sependapat dengan tanggapan anda, yang mana Guru perlu mengadakan evaluasi terhadap anak didik apa yang menyebabkan anak didik tidak paham, bisa dari model pengajaran yang kurang efektif atau ada masalah personal dari anak didik itu sendiri. Anak didik tidak bisa memahami sama sekali disaat guru mengajar, itu terdapat faktor yang bisa mempengaruhi si anak didik. Apabila dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam belajar, penyebab kesulitan belajar menjadi dua bagian besar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau faktor internal yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor eksternal yaitu faktor orang tua, faktor sekolah, dan faktor media masa dan lingkungan sosial.

Tanggapan Kelompok 6

Seorang guru perlu mengevaluasi peserta didik dengan tujuan mengetahui pemahaman peserta didknya. Jika ada yang tidak paham maka guru harus mencari tahu penyebab hal tersebut, seperti membenahi model pembelajaran yang digunakan dan melakukan pendekatan secara personal kepada  peserta didik yang tidak paham tersebut.




Jumat, 15 Februari 2013

MATA KULIAH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

DOSEN: NOOR CAHAYA, S. PD., M. PD

KELOMPOK 6

NUR HIDAYATI
MIA ALDINA MAULANA
RUMIATI
RIZKA ARIE ANI
RUSMA WATI